JAKARTA, KUNTALA.ID – Pasca diserang oleh seseorang yang mengaku Nabi, Majlis Ulama Indonesia (MUI) mengaku tetap istiqomah menjaga aqidah umat. Hal itu tegaskan oleh Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menegaskan bahwa MUI tidak gentar menghadapi teror semacam itu demi teganya kebenaran. MUI katanya, akan tetap berdakwa menjaga aqidah umat.
“MUI terus istiqomah. Sekalipun ada teror, ada ancaman, ada tekanan yang meminta MUI tidak menyampaikan kebenaran, MUI tetap menjalankan khidmat itu dan tidak mengurangi sedikitpun level perkhidmatan itu,” katanya,dilansir mui.or.id, Kamis, (04/05/2023).
Dijelaskannya, pekerjaan MUI seperi mengeluarkan fatwa produk halal, ibadah, dan ekonomi syariah serta meneliti tentang aliran sesat yang ada di Indonesia. Cap MUI sebagai lembaga intoleran kebanyakan muncul karena tugas MUI dalam meneliti aliran menyimpang atau sesat ini.
Akan teteapi, karena ini adalah aspek akidah, inti ajaran Islam, ia menegaskan MUI tidak bisa memberikan ruang terhadap penyimpangan.
“Kalau ternyata ada penyimpangan ya dikatakan bahwa itu menyimpang. Jadi tidak bisa atas nama toleransi kita memberikan ruang terhadap penyimpangan dan atau penodaan, ” ungkap Kiai Niam.
Terkait pengakuan sebagai Nabi, Kiai Naim menegaskan Kiai Niam menegaskan bahwa tidak ada nabi lagi setelah nabi Muhammad SAW. Setiap orang yang mengaku sebagai nabi setelah Nabi Muhammad tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
“Kalau ada orang mengaku nabi pasca kenabian baginda nabi Muhammad SAW itu jelas tidak dibenarkan karena bagian dari pokok keagamaan Islam adalah pengakuan bahwa Rasulullah SAW nabi terakhir dan tidak ada nabi yang diutus setelah nabi Muhammad SAW,” ujarnya.
Yang diperbolehkan dalam Islam bukan nabi selanjutnya, namun penerus perjuangan nabi Muhammad SAW. Penerus di sini bukan penerus yang memperoleh wahyu Allah SWT seperti yang beberapa kali terjadi di Indonesia. Penerus di sini adalah yang meneruskan dakwah nabi dan risalah kenabian.
“Ada sebutan pewaris nabi. Pewaris ini tidak diartikan pewaris material seperti menerima wahyu, tetapi pewaris yang menjalankan tugas risalah dan tugas dakwah, ” ujarnya.
Rasulullah memang mewariskan ilmu, Al-Qur’an, dan Hadist kepada sahabatnya sampai ulama-ulama saat ini.
Terkait teror tersebut, Kiai Naim berharap pihak Kepolisian mampu menuntaskan kasus tersebut sampai terang benderang. Mulai dari aliran dana jumbo ke rekening pelaku, status pelaku yang tiba-tiba meninggal padahal fisiknya lumayan kuat, serta asumsi bahwa pelaku mengidap gangguan kejiwaan.
“Dia tidak dengan tiba-tiba membawa senjata, dia dapat dari mana? bagaimana? Dari alamatnya yang sudah jelas bisa diungkap lebih lanjut,” pungkasnya. (Has)
Discussion about this post