KUNTALA.ID, BATANGHARI – Dua Anggota Komisi III DPRD Provinsi Jambi Abun Yani dan Rukiya Alfa Robi, Kamis (23/5) menemui masyarakat Desa Rantau Kapas Mudo, Rantau Kapas Tuo dan Pelayangan Muaro Tembesi, Kabupaten Batanghari yang berdekatan dengan Jembatan Tembesi.
Sebab di jembatan tersebut ada aksi massa sampai dengan adanya insiden kapal batu bara terbakar yang diduga dilempar oleh massa dari atas jembatan.
Setelah tiba di lokasi, mereka berdua pun langsung menemui warga yang sudah menunggu dan langsung menggelar diskusi terkait apa yang menjadi tuntutan warga. Dimana warga dari tiga desa tersebut mendesak pihak terkait untuk sama-sama menjaga aset negara yakni jembatan dari hantaman tongkang batu bara.
Abun Yani pun langsung berkomunikasi dengan Wakil Ketua Satgas Pengawasan dan Penegakan Hukum (Wasgakkum) Provinsi Jambi, Johansyah untuk dapat menindaklanjuti aspirasi masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan amarah warga memuncak karena adanya salah satu tongkang batu bara nekat melintas.
Padahal pada 16 Mei 2024 lalu pasca adanya penyangga tiang Jembatan Aurduri 1 Provinsi Jambi yang ditabrak tongkang sudah diumumkan bahwa, dilarang beroperasi di jalur sungai sampai dengan waktu yang tidak ditentukan.
“Artinya kita sama sama sudah tahu ada yang nama nya one prestasi ya, jadi kita sama sama berharap agar dapat menciptakan situasi yang kondusif di masyarakat dengan segera rapat kembali melibatkan semua pihak, termasuk masyarakat,” kata Abun Yani.
Abun Yani bersama Robi juga diajak oleh warga untuk langsung melihat kondisi tiang penyangga Jembatan Tembesi tersebut dengan menggunakan tugboat.
“Pertama kita datang ke sini karena diminta oleh masyarakat, karena kita sebagai wakil rakyat juga ada kewajiban untuk turun ke masyarakat kita dan tadi kita sudah melihat kondisi bawah jembatan yang masyarakat khawatirkan,” ujarnya.
Menurut Abun Yani setelah melihat secara kasat mata, kondisi jembatan Tembesi sudah sangat memprihatinkan dan perlu untuk dijaga secara bersama sama.
“Saya secara pribadi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang rela berjuang untuk kepentingan semua umat, karena jembatan ini urat nadi lalu lintas jalan nasional, kalau misalnya roboh siapa yang akan bertanggung jawab,” tegasnya.
Sebab itu, ia meminta pemerintah tegas terhadap pengusaha tambang. Bukan berarti menolak hasil tambang di Jambi untuk digeruk, akan tetapi jika ada kerusakan pengusaha wajib memperbaiki.
Ia juga meminta segera melakukan investigasi yang melibatkan semua pihak, mulai dari Kementerian ESDM, APH, serta Pempov Jambi, karena sudah berapa kali tongkang batu bara menabrak jembatan.
Artinya ini serius kata Abun Yani ada sikap tegas jika dijumpai pelanggaran maka cabut izinnya. Bila perlu Kementerian ESDM RI harus turun dan ikut bertanggung jawab. “Karena tuntutan masyarakat sebelum selesai karena ada pekerjaan di Jembatan itu, jangan dulu lewat.
“Jadi saya harap karena sudah ada insiden hari ini dan kedepan tidak terulang lagi, ya duduk bareng yang difasilitasi oleh pemerintah dan juga pengusaha-pengusaha tambang batu bara dan masyarakat. Bagusnya bagaimana, sehingga masyarakat nyaman, pengusaha juga nyaman jadi semua tidak ada yang tersakiti. Mereka sudah rela berhari hari meninggalkan rutinitas nya untuk menjaga aset negara,” tegasnya.
Sementara Rukiya Alfa Robi juga menegaskan apabila memang jalur sungai menjadi alternatif transportasi batu bara, maka Pemprov Jambi dan pihak terkait segera lah membuat kajian khusus serta analisa transportasi batu bara melalui sungai, bukan hanya tentang kedalaman maupun kedangkalan sungai saja.
“Seperti yang kita ketahui jalan khusus batu bara lah yang menjadi solusi jangka panjang nya, kalau untuk sungai ya kalau sekarang mungkin masih dalam, ke depan kita nggak tahu. Daripada setelah jalur darat ribut karena macet, jalur sungai juga ribut , jadi solusinya ya itu jalan khusus,” katanya.
Sementara tokoh masyarakat setempat, Samsul Bahri mengatakan bahwa insiden hari ini terjadi karena ada kapal yang melintas, sehingga amarah masyarakat pun memuncak karena sudah 9 hari mereka dipinggir sungai berjaga bersama masyarakat untuk menjaga keamanan Jembatan Tembesi.
Samsul juga tak menampik adanya kapal pembawa batu bara yang terbakar saat melintas karena dilempar oleh masyarakat yang berjejer di Jembatan Tembesi.
“Kita tidak tahu orang nya itu massa sendiri ya di atas jembatan, saat itu saya sedang berada di bawah, jadi saya juga bawa aparat keamanan dalam hal ini anggota dari Koramil yang mengawal kita dan melihat kita bahwa kita tidak ada yang anarkis,” kata Samsul. (Has).
Discussion about this post