SAROLANGUN – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jambi kembali melaunching Sekolah Lansia di Desa Bernai, Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun, Rabu (31/7).
Hadir dalam kegiatan tersebut Pj Bupati Sarolangun, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Sarolangun, Para Kepala OPD Sarolangun, Camat Kecamatan Sarolangun, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sarolangun dan Kepala Desa Bernai.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi Putut Riyatno, menjelaskan, berdasarkan data BPS 2020, penduduk Lansia sebesar 26,82 juta jiwa (9,92 persen) dari populasi penduduk Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia mendekati angka yang menuju era penduduk menua (ageing population) karena jumlah penduduk Lansia hampir menembus angka 10 persen.
Sementara jumlah Lansia Kabupaten Sarolangun Tahun 2023 adalah sebesar 10,1 persen dan meningkat tahun 2024 ini menjadi 10,42 persen. Hal ini karena gencarnya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia khususnya Kabupaten Sarolangun sehingga usia harapan hidup penduduk Indonesia mengalami peningkatan.
Tantangan utama yang akan dihadapi adalah terkait finansial penduduk Lansia karena tidak banyak Lansia memiliki jaminan hari tua, sehingga secara ekonomi banyak Lansia yang bergantung kepada keluarga atau anaknya dan dikenal dengan sebutan sandwich generation.
Tantangan berikutnya adalah terkait kesehatan terutama pada negara berkembang dan menengah karena masalah kesehatan pada Lansia akan berdampak kepada keluarga dan masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan ramah Lansia.
Secara umum permasalahan yang terjadi pada Lansia selain masalah kesehatan dan ekonomi adalah masalah kesepian, dimana Lansia merasa tersisihkan, terpencil dari orang lain dan merasa berbeda dari orang lain.
Lansia yang pada masa mudanya selalu dimintai pendapat, nasehat dan dianggap lebih berpengalaman seiring dengan bertambahnya usia dan kemajuan teknologi sudah tidak menjadi tempat berbagi, meminta nasehat maupun tempat bertanya.
Kondisi inilah yang menimbulkan perasaan tidak dihargai, sudah dilupakan dan merasa bahwa dirinya berbeda dan menjadi beban bagi orang lain. Untuk melawan rasa kesepian itu dibutuhkan dukungan sosial, yaitu kebutuhan agar Lansia bisa terhubung dengan orang lain, memiliki kedekatan dengan orang lain dan kebersamaan di dalam kelompok.
“Di sinilah peran keluarga sangat penting, dukungan keluarga inti atau pasangan sangatlah penting dibandingkan dukungan dari orang lain yang tidak memiliki hubungan sama sekali. Adanya dukungan dan pendampingan oleh keluarga juga akan menurunkan risiko penyakit dan kematian pada lansia,” kata Putut menjelaskan.
Permasalahan tersebut menjadi isu kelanjutusiaan yang harus mulai dipersiapkan dan diantisipasi kemungkinan permasalahan yang akan muncul seiring semakin menuanya penduduk di Indonesia, maka diperlukan program yang mendukung terwujudnya Lansia yang SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, dan Bermartabat).
Berbagai kebijakan untuk mewujudkan lansia yang SMART sudah ditetapkan termasuk kebijakan lnternational. Seven Dimension of Wellness yang dikembangkan oleh International Council on Active Ageing (ICAA) yang intinya Lansia perlu terus diintervensi (stimulasi) pada aspek spiritual, intelektual, vokasional/hobi, sosial, fisik/kesehatan, emosional dan lingkungan.
Indonesia akan menghadapi tantangan khusus karena proses penuaan yang cepat. Indonesia harus mampu mengantisipasi dan menempatkan proses penuaan sebagai tantangan khusus karena terjadi pada situasi tingkat pendapatan yang relatif rendah.
“Atas dasar tersebut, dikembangkan berbagai kebijakan sebagai salah satu upaya komprehensif dari pemerintah agar Lansia tidak menjadi beban, baik dalam keluarga maupun masyarakat, tetapi dapat menggali potensinya,” kata Putut lagi.
Putut juga menjelaskan Sekolah Lansia merupakan salah satu upaya konsep pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education) non-formal, terutama bagi lansia yang masih potensial di dalam keluarga dan masyarakat melalui 7 dimensi Lansia tangguh yakni dimensi spiritual, dimensi fisik, dimensi emosional, dimensi intelektual, dimensi sosial kemasyarakatan, dimensi profesional vokasional dan dimensi lingkungan yang sudah termuat dalam buku panduan Sekolah Lansia di kelompok BKL yang diharapkan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam merencanakan program Pembangunan Keluarga, dalam upaya meningkatkan pengembangan program kelanjutusiaan melalui pembentukan sekolah Lansia di kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL) di seluruh Indonesia dalam mewujudkan Lansia tangguh yang SMART.
Kurikulum pembelajaran yang disusun di Selantang disusun berdasarkan kebutuhan Lansia setempat sehingga materi yang diajarkan berbeda pada tiap wilayah.
“Pada tahun 2024 ini, Provinsi Jambi diamanahkan untuk membentuk Sekolah Lansia di seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan Alhamdulillah pada hari ini, Kabupaten Tebo menjadi kabupaten/kota ke-VII Pembentukan Sekolah Lansia Tangguh di Provinsi Jambi setelah Kabupaten Muarojambi, Kota Jambi, Kota Sungaipenuh, Kabupaten Tanjungjabung Timur, Kabupaten Tebo dan Merangin,” kata Putut.
Sedangkan untuk Kabupaten Muarojambi dan Kota Jambi sudah melanjutkan Sekolah Lansia Tangguh (Selantang) Standar 2 Tahun ini.
“Harapan kami Sekolah Lansia Tangguh ini juga selanjutnya dibentuk di seluruh kecamatan jika perlu seluruh desa se-Kabupaten Sarolangun. Dalam pelaksanaannya, Sekolah Lansia Tangguh membutuhkan dukungan bukan hanya dari OPD-KB saja, namun juga dari seluruh lintas sektor terkait, dengan harapan program Sekolah Lansia Tangguh ini bukan hanya sekedar ceremonial belaka, hanya merealisasikan program pemerintah saja, namun dampaknya memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat di Provinsi Jambi, khususnya di Desa Bernai Kecamatan Sarolangun, Kabupaten Sarolangun ,” kata Putut menjelaskan.
“Kami sangat percaya, dengan dukungan yang luar biasa dari Bupati beserta Ketua TP-PKK Kabupaten Sarolangun dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengarahkan seluruh Kepala Desa untuk melakukan program yang sangat strategis ini demi terwujudnya bonus demografi. Dan kami juga sangat percaya, Kepala Desa Bernai yang telah berkomitmen membentuk Selantang ini, semoga tetap memberi dukungan baik moril maupun materil dalam menjalankan amanah menjadi penanggungjawab Sekolah Lansia Tangguh,” ujarnya.
Putut juga berharap kegiatan tersebut tidak hanya terlaksana pada tahun ini saja, namun dapat terus dilanjutkan di tahun-tahun kedepannya. Sebab itu dukungan dari lintas sektor sangat dibutuhkan demi suksesnya kegiatan ini.
“Kami sangat menanti tiba saatnya nanti wisuda para Lansia Selantang Mandiri dan Launching Selantang di Wilayah lain di Kabupaten Tebo Tahun 2024 ini,” harap Putut.
Sementara itu, Pj Bupati Sarolangun Bachril Bakri menjelaskan, pembentukan Sekolah Lansia melalui Program Bina Keluarga Lansia (BKL) bertujuan mempersiapkan Lansia sebagai pribadi yang SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif, Bermartabat dan Bahagia).
Untuk mewujudkan Lansia yang SMART dan Tangguh perlu terus diintervensi pada aspek Spritual, Intelektual, Vokasional/Hobi, Sosial, Fisik/Kesehatan, Emosional dan Lingkungan.
Konsep dasar yang dikembangkan dalam Sekolah Lansia adalah Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education). Bahwa Pendidikan tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa, tetapi berlanjut sepanjang hidupnya.
“Sasaran Sekolah Lansia di Desa Bernai Kecamatan Sarolangun berjumlah 32 orang. Sekolah Lansia tidak hanya sekedar mempelajari aspek Kesehatan fisik, namun di dalamnya memiliki keterkaitan antar elemen baik fisik, sosial, psikologis, ekonomi, spiritual dan konsep ini sejalan dengan prinsip succesfull ageing,” kata Bachril.
Ia berharap dengan adanya Sekolah Lansia di Kabupaten Sarolangun ini dapat mengatasi masalah lansia di masa depan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia untuk menjadi lebih Mandiri, Sejahtera dan bermartabat serta menjadi Lansia yang bergembira di masa tuanya.
Sebelum mengakhiri sambutan ini, harapan Saya berharap Sekolah Lansia ini dapat juga dilaksanakan di seluruh kecamatan wilayah kerja seluruh Puskesmas di Kabupaten Sarolangun,” ujar Bachril. (Tra)
Discussion about this post