BATANGHARI – Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Muara Bulian mengadakan kegiatan pembinaan kesehatan reproduksi bagi kelompok risiko tinggi. Program ini bertujuan memberikan edukasi mengenai pentingnya kesehatan reproduksi, khususnya bagi para remaja.
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN RI, Marianus Mau Kuru dan dihadiri sejumlah pejabat terkait, termasuk Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi, Putut Riyatno.
Hadir juga Kepala Dinas PPKBP3A Kabupaten Batanghari, M. Khadafi, Kepala LPKA Kelas II Muara Bulian Muhammad Askari Utomo, Ketua HIMPSI Wilayah Jambi Dessy Pramudiani dan anak binaan LPKA.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jambi, Putut Riyatno dalam kesempatan itu menekankan bahwa pemahaman kesehatan reproduksi merupakan bagian penting dari upaya membentuk keluarga berkualitas.
“Saya berharap, melalui kegiatan ini, anak-anak binaan memiliki pengetahuan yang memadai untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka,” kata Putut.
Dijelaskannya lagi, dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, pemerintah telah menetapkan kebijakan penyelenggaraan program keluarga berencana, sesuai dengan amanat undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga.
Kebijakan keluarga berencana tersebut dilaksanakan untuk membantu calon atau pasangan suami istri dalam mengambil keputusan dan mewujudkan hak-hak reproduksinya secara bertanggung jawab menyangkut usia ideal perkawinan, usia ideal untuk melahirkan, jumlah ideal anak, jarak ideal kelahiran anak, dan penyuluhan kesehatan reproduksi.
“Atas dasar hal tersebut, maka dikembangkan berbagai kebijakan strategis melalui upaya-upaya pendekatan siklus hidup manusia dengan memperluas konsep pemikiran keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang tidak hanya terfokus pada pelayanan kontrasepsi saja, tetapi menempatkan pengaturan kelahiran sebagai bagian dari perbaikan kesehatan reproduksi yang lebih luas sekaligus sebagai upaya pemenuhan hak-hak reproduksi,” jelasnya.
Kesehatan reproduksi lanjut Putut, merupakan keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial secara sempurna, serta bukan hanya terhindar dari kesakitan dan kecacatan, baik pada alat, sistem, fungsi, dan proses reproduksi sehingga memungkinkan setiap orang hidup produktif secara biologis, sosial dan ekonomis.
“Menjaga kesehatan reproduksi adalah hal yang sangat penting, terutama pada remaja. Masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Artinya, proses pengenalan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sebenarnya sangat penting pada masa ini,” ujarnya lagi.
Kurangnya edukasi terhadap hal yang berkaitan dengan reproduksi nyatanya kata Putut dapat memicu terjadinya hal-hal yang tak diinginkan.
Dimana permasalahan yang sering terjadi karena kurangnya sosialisasi dan edukasi kesehatan reproduksi, khususnya terhadap remaja atau kelompok risiko tinggi yaitu penyakit menular seksual, pernikahan dini, kehamilan di usia muda, hingga aborsi yang berakibat pada hilangnya nyawa remaja.
Pada dasarnya, remaja perlu memiliki pengetahuan seputar kesehatan reproduksi. tak hanya untuk menjaga kesehatan dan fungsi organ tersebut, informasi yang benar terhadap pembahasan ini juga bisa menghindarkan remaja melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, memiliki pengetahuan yang tepat terhadap proses reproduksi dan cara menjaga kesehatannya.
“Hal ini diharapkan mampu membuat remaja lebih bertanggungjawab, terutama mengenai proses reproduksi dan dapat berpikir ulang sebelum melakukan hal yang dapat merugikan,” kata Putut lagi.
Adapun pengetahuan dasar terkait kesehatan reproduksi yang perlu diketahui remaja antara lain pengenalan terhadap sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi.
Kemudian risiko penyakit, dengan mengetahui risiko penyakit yang mungkin terjadi, remaja tentu akan lebih berhati-hati dan lebih menjaga kesehatan reproduksi. Selanjutnya hak-hak reproduksi, pengetahuan tentang kekerasan seksual yang mungkin terjadi, apa saja jenisnya, dan bagaimana cara mencegahnya terjadi.
“Terakhir aspek psikologis terkait kesehatan reproduksi. Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar kesehatan reproduksinya dapat berlangsung dengan baik,” kata Putut menambahkan.
Sementara itu, Direktur Bina Kesehatan Reproduksi BKKBN RI, Marianus Mau Kuru usai membuka kegiatan tersebut mengapresiasi atas terlaksananya kegiatan tersebut dan ia menekankan bahwa edukasi tentang kesehatan reproduksi tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga kesejahteraan mental dan sosial.
“Penting bagi remaja untuk mendapatkan informasi yang tepat sejak dini agar dapat menjalani hidup yang sehat dan bertanggung jawab, baik dari segi reproduksi maupun dalam kehidupan sehari-hari,” kata Marianus.
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga terkait dan masyarakat dalam meningkatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, terutama di kalangan remaja.
“Kita semua berperan dalam memastikan generasi muda mendapatkan edukasi yang benar, sehingga mereka bisa menghindari risiko seperti penyakit menular seksual, kehamilan di usia muda, dan praktik aborsi yang berbahaya,” tambahnya. (*)
Penulis: Tra
Discussion about this post